Mengajar: Tantangan dan Pentingnya Kesehatan Mental Guru

 

Saat ini sedang ramai-ramainya di media sosial terkait seorang guru sekaligus selebgram yang resign menjadi guru. Hal itu merupakan keputusan yang telah ditentukan oleh guru tersebut. Banyak informasi yang berseliweran kenapa yang bersangkutan mengundurkan diri baik dari terkait dengan lingkungan ataupun kesehatan mental. Tapi, apapun keputusan guru tersebut, itu pilihan beliau. Pastinya beliau akan tetap menjadi guru ataupun pendidik, baik di sekolah ataupun di luar sekolah (keluarga). 

Kita hanya akan sedikit membahas pentingnya kesehatan diri seorang guru dalam hal  kecemasan dan depresi. Mengajar merupakan profesi yang penuh manfaat, tetapi juga membutuhkan kesabaran, kreativitas, dan ketahanan luar biasa. Namun, tantangan yang dihadapi guru sering kali tidak hanya berasal dari tugas mengajar, melainkan juga dari perjuangan kesehatan mental seperti kecemasan dan depresi. Guru yang mengalami gangguan kesehatan mental ini menghadapi situasi yang kompleks, yang tidak hanya memengaruhi cara mereka mengajar tetapi juga hubungan mereka dengan siswa dan kolega.

Mengajar suatu praktik yang memerlukan empati terus-menerus, dan stres yang muncul dari profesi ini sering kali menjadi penyebab utama masalah kesehatan mental. Karena itu, mendukung guru yang menghadapi kecemasan dan depresi sangatlah penting untuk menjaga kualitas pendidikan dan kesejahteraan para pendidik.

Realitas Kesehatan Mental dalam Pendidikan

Ruang kelas bisa menjadi tempat perlindungan bagi guru yang mengalami masalah kesehatan mental, terutama ketika ruang tersebut memberikan rasa tujuan, stabilitas, dan hubungan positif. Dalam lingkungan ini, guru dapat fokus pada pengembangan siswa dan membangun hubungan bermakna, yang sering kali menjadi pelipur lara dari tantangan pribadi.

Rutinitas harian, kesempatan untuk berkreasi, serta kemampuan memberikan dampak positif pada siswa memberikan rasa pencapaian yang dapat meringankan beban psikologis. Namun, tekanan dari luar seperti ekspektasi berlebihan dan rasa takut dihakimi oleh kolega (rekan guru) atau kepala sekolah dapat memperburuk kondisi mental guru.

Studi dari RAND Corporation pada tahun 2023 mengungkapkan bahwa guru dua kali lebih mungkin mengalami stres kerja dibandingkan pekerja di sektor lain. Faktor seperti beban kerja yang berat, gaji rendah, dan masalah keamanan kerja menjadi kontributor signifikan terhadap tekanan ini.

Empati Guru dan Dampaknya pada Siswa

Alicia Sewell (2024) Guru yang berjuang dengan masalah kesehatan mental sering kali menunjukkan tingkat empati yang lebih tinggi, yang menciptakan lingkungan kelas yang aman, mendukung, dan penuh pengertian bagi siswa. Pendekatan ini mendorong siswa untuk merasa dihargai dan dipahami, yang pada gilirannya mendukung pertumbuhan emosional dan akademis mereka.

Lebih lanjut Alicia Sewell (2024) menyampaikan bahwa harapan agar guru juga berperan sebagai terapis adalah tekanan yang tidak seharusnya ada. Sekolah perlu menyediakan tenaga profesional kesehatan mental untuk mendukung siswa, sehingga guru dapat fokus pada tanggung jawab utamanya tanpa terbebani tugas tambahan.

Dengan berbicara secara terbuka tentang perjuangan mereka, guru dapat membantu menghilangkan stigma terhadap kesehatan mental. Selain itu, diskusi terbuka di lingkungan sekolah dapat mendorong siswa untuk mencari bantuan saat menghadapi kesulitan, menciptakan komunitas yang saling mendukung dan aman secara emosional.

Menciptakan Lingkungan yang Mendukung untuk Guru

Alicia Sewell (2024) memberikan cara untuk mendukung guru dengan kesehatan mental yang baik, sekolah perlu mengadopsi langkah-langkah berikut:

  1. Mempromosikan Dialog Kesehatan Mental
    Pemimpin sekolah dapat mendorong percakapan terbuka tentang kesehatan mental selama rapat staf. Sebuah pertanyaan sederhana seperti, “Bagaimana Anda menghadapi semua tantangan minggu ini?” dapat membantu menciptakan rasa saling pengertian dan dukungan.

  2. Membangun Sistem Dukungan
    Sekolah dapat menyediakan layanan konseling, program pendampingan, serta lokakarya kesejahteraan untuk membantu guru mengelola tekanan mereka. Inisiatif seperti pelatihan manajemen stres atau akses ke aplikasi kesehatan mental dapat menjadi solusi praktis.

  3. Prioritaskan Keseimbangan Kerja dan Kehidupan
    Memberi waktu bagi guru untuk beristirahat dan mendorong mereka memanfaatkan cuti sakit ketika dibutuhkan sangat penting. Sekolah juga dapat membantu dengan mengurangi tugas administratif dan memastikan guru memiliki waktu pribadi yang cukup.

  4. Kebijakan yang Fleksibel
    Memberikan fleksibilitas dalam penugasan dan pendekatan pengajaran membantu guru menyelaraskan pekerjaan mereka dengan kebutuhan kesehatan mental mereka. Pendekatan ini menciptakan keseimbangan yang mendukung kesejahteraan guru dan keberhasilan siswa.

  5. Mengapresiasi Pencapaian Guru
    Memberikan pengakuan atas usaha dan keberhasilan guru, baik kecil maupun besar, dapat meningkatkan moral staf. Program seperti “Guru Bulan Ini” atau papan penghargaan dapat menjadi cara sederhana namun efektif untuk menunjukkan penghargaan.

  6. Memperbaiki Kondisi Kerja
    Mengurangi ukuran kelas, menambah staf untuk menangani tugas administratif, dan memastikan lingkungan kerja yang aman adalah langkah penting untuk menciptakan ruang kerja yang sehat bagi guru.

Guru yang berjuang dengan kesehatan mental membawa perspektif unik ke ruang kelas, termasuk tingkat empati yang tinggi dan kemampuan menciptakan lingkungan belajar yang mendukung. Namun, kesejahteraan guru adalah elemen penting yang tidak boleh diabaikan.

Dengan memprioritaskan perawatan diri, mendukung satu sama lain, dan menciptakan dialog terbuka tentang kesehatan mental, kita dapat membangun komunitas pendidikan yang inklusif dan saling berbagi kenyamanan. Langkah ini tidak hanya membantu guru berkembang secara profesional tetapi juga memberikan contoh positif bagi siswa dalam menghargai pentingnya kesehatan mental.

Sehat-sehat selalu untuk guru Indonesia. Sehat jasmani dan rohani. Aamiin


Referensi

Alicia Sewell. (2024). Supporting Teachers With Anxiety and Depression

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak