Membaca dan Mengapa Kita Perlu Meningkatkannya

 

Membaca: Antara Dekoding dan Pemahaman

Membaca, sebagaimana diajarkan di sekolah, adalah sebuah keterampilan. Ini benar secara definisi. Kata "membaca" mencakup berbagai gagasan. Ia adalah kata kerja, tetapi juga terasa seperti sesuatu yang statis, seperti kata benda. Dalam praktik terbaiknya, membaca dapat menciptakan keadaan aliran (flow), di mana pikiran pembaca dan penulis menyatu melalui teks.

Namun, ini adalah skenario ideal yang jarang tercapai. Dalam kenyataannya, pendidikan harus memecah membaca menjadi bagian-bagian, biasanya antara dekoding dan pemahaman.

Dekoding melibatkan pengenalan huruf dan bunyi, pola, dan kata-kata yang tidak beraturan. Ini seperti belajar bahasa baru dengan karakter alfanumerik di atas kertas, bukan melalui suara. Proses ini dimulai di otak, dan jika berhasil dipahami, akan berakhir di pikiran.

Dengan kata lain, decoding adalah kemampuan membaca kata-kata tertulis dengan cara mengidentifikasi bunyi dari setiap huruf atau kombinasi huruf, kemudian menyusunnya menjadi sebuah kata. Proses ini sangat penting, terutama bagi pembaca pemula, karena merupakan langkah awal dalam belajar membaca.

Contoh Decoding

  1. Ketika seorang anak melihat kata "b-a-c-a", mereka memecah hurufnya menjadi bunyi /b/ /a//c//a/ dan menggabungkannya menjadi kata baca.
  2. Dalam bahasa Inggris, anak-anak mungkin melihat huruf "sh" dan mengenalinya sebagai bunyi /sh/ pada kata seperti ship.

Komponen Utama Decoding

  1. Kesadaran Fonemik: Memahami bahwa kata terdiri dari unit bunyi kecil yang disebut fonem, seperti bunyi /m/, /a/, atau /n/ dalam kata mana.
  2. Pengenalan Pola Huruf: Mampu mengenali pola tertentu, seperti huruf vokal dan konsonan, atau kombinasi huruf yang menghasilkan bunyi tertentu.
  3. Kata-Kata Tak Beraturan: Belajar membaca kata yang tidak mengikuti aturan umum, seperti kata dalam bahasa Inggris knight atau read.

Pentingnya Decoding

  1. Dasar Keterampilan Membaca: Decoding adalah fondasi bagi seseorang untuk memahami teks tertulis. Tanpa kemampuan ini, membaca menjadi sulit dilakukan.
  2. Mendukung Kemandirian Membaca: Ketika anak menguasai decoding, mereka dapat membaca kata-kata baru tanpa bantuan.
  3. Meningkatkan Pemahaman: Dengan decoding yang lancar, pembaca bisa lebih fokus memahami isi teks daripada berusaha mengenali kata-kata.

Namun, decoding hanyalah salah satu aspek penting dalam membaca. Selain mampu membaca kata-kata dengan benar, pembaca juga perlu memahami makna dari teks yang dibaca (comprehension), sehingga proses membaca menjadi lebih bermakna dan bermanfaat.

Sementara itu, pemahaman adalah sesuatu yang lebih mendalam, lebih emosional. Pemahaman melibatkan cara pembaca menghubungkan simbol-simbol tersebut dengan pengalaman dan pengetahuan yang mereka miliki, hingga akhirnya menciptakan makna. Inilah momen ketika jiwa seseorang “berkedip” dan mengolah informasi menjadi bagian dari dirinya.

Sebagai guru, kita sering dihadapkan pada pilihan: Apakah kita fokus mengajarkan dekoding, pemahaman, atau mencoba menggabungkan keduanya?

Pendidikan dan Dampaknya pada Membaca

Mengajarkan membaca memerlukan pemisahan prosesnya menjadi bagian-bagian kecil yang dapat diukur. Kita berbicara tentang kecepatan membaca, kosakata, ide pokok, tujuan penulis, dan sebagainya. Namun, dengan cara ini, membaca sering kehilangan maknanya sebagai pengalaman pribadi yang mendalam.

Ada asumsi bahwa jika seseorang mampu membaca dengan baik, maka mereka pasti akan membaca. Namun, kenyataannya tidak selalu demikian. Dalam pendidikan, ada perbedaan mendasar antara keterampilan dan kebiasaan, antara kemampuan dan kecenderungan.

Sebagai seorang guru dan orang tua, saya lebih peduli pada apa yang cenderung dilakukan anak-anak dibandingkan dengan apa yang mereka mampu lakukan. Ketika kita terlalu fokus pada konten dan mengabaikan manusia di balik proses belajar, kita kehilangan esensi dari tujuan pendidikan itu sendiri.

Literasi dan Motivasi Membaca

Mengapa literasi, sebagaimana diajarkan, terasa kurang bermakna? Jawabannya mungkin terletak pada cara kita mendekati membaca di sekolah—lebih banyak tentang “bagaimana” dan sangat sedikit tentang “mengapa.”

Seperti yang dikatakan Franz Kafka, “Buku harus menjadi kapak bagi laut beku di dalam diri kita.” Membaca seharusnya menjadi pengalaman yang mengguncang, yang menghidupkan kembali jiwa kita.

Ketika seseorang benar-benar membaca, mereka memasuki dunia baru, mengolah ide-ide baru, dan pada akhirnya menemukan siapa diri mereka. Inilah alasan mengapa siswa ataupun guru harus membaca: bukan hanya untuk belajar, tetapi untuk menemukan makna dan membentuk identitas mereka sendiri.

Referensi

Terrell Heick. 2018. Why Students Should Read

1 Komentar

  1. Nama : YOZEER FERGA JORMI
    kelas : 5C PGSD
    NPM : 2286206088

    Menurut saya di sekolah guru sudah mengajar kan siswa untuk membaca dan menulis jadi ketika mereka sudah mengenal bacaan pasti mereka akan tau arti dari bacaan tersebut seperti contoh membaca di bagi menjadi empat kecendrungan, keterampilan, kebiasaan, dan kemampuan. Sebagai guru kita harus peduli pada apa yang dilakukan anak-anak murid ketika kita terlalu fokus pada satu konten dan mengabaikan proses belajar kita sebagai guru juga akan kehilangan esensi dari tujuan kita mengajar itu sendiri.

    BalasHapus
Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak