Matematika dalam Pendidikan Matematika: Matematika sebagai pengetahuan/ide abstrak, pengorganisasian dalam sistem dan struktur

 


Hal menarik yang ditulis oleh Eva Thanheiser (2023) bahwa :

Matematika sering digambarkan sebagai "ilmu pola", "aktivitas intelektual yang membutuhkan intuisi danimajinasi dalam memperoleh "bukti" dan mencapai kesimpulan". Matematika autentik dipandang sebagai magangdalam disiplin matematika. Pembenaran dan generalisasi sering kali dipandang sebagai tujuan akhir yang ingin dicapai di kelas dari sekolah dasar hingga sekolah menengah atas. Tujuan-tujuan ini dicapai dengan mengeksplorasi berbagai topik termasuk "sekumpulan pengetahuan yang berkaitan dengan angka dan ruang, dan …[meresepkan] serangkaian metode untuk mencapai kesimpulan tentang dunia fisik" atau "ide-ide tersebut berkaitan dengan angka, logika,dan konfigurasi spasial dan, yang sangat penting, kombinasi atau pengorganisasian ide-ide tersebut menjadi sistem dan struktur." (Ascher &D'Ambrosio, 1994).


Matematika sebagai daftar topik dan praktik yang berpuncak pada pembuktian atau pembenaran dan generalisasi diajarkan setiap tahun melalui kurikulum SD-SMA dan juga merupakan bidang studi akademis. National Research Council (NRC) menggambarkan matematika sebagai “salah satu pencapaian besar manusia” (Kilpatrick, Swafford, Findell, & research, 2001, hlm. 1), “begitu banyak menjadi bagian dari kehidupan modern sehingga siapa pun yang ingin menjadi anggota masyarakat yang berpartisipasi penuh harus mengetahui matematika dasar” dan “upaya yang dilakukan selama ribuan tahun oleh setiap peradaban untuk memahami alam dan menertibkan urusan manusia” (Kilpatrick et al., 2001, hlm. 15). 


Deskripsi ini secara erat menghubungkan matematika dengan konteks, budaya, dan masyarakat. Lima jalinan yang membentuk keseluruhan kompleks dari kemahiran matematika: pemahaman konseptual—pemahaman konsep, operasi, dan relasi matematika, kelancaran prosedural—keterampilan dalam menjalankan prosedur secara fleksibel, akurat, efisien, dan tepat, kompetensi strategis—kemampuan untuk merumuskan, merepresentasikan, dan memecahkan masalah matematika, penalaran adaptif—kapasitas untuk berpikir logis, refleksi, penjelasan, dan pembenaran, dan disposisi produktif—kecenderungan kebiasaan untuk melihat matematika sebagai sesuatu yang masuk akal, berguna, dan berharga, disertai dengan keyakinan pada ketekunan dan kemanjuran diri sendiri. 


Sebagian besar matematika sekolah dipandang sebagai aturan dan prosedur abstrak. Standar-standar tersebut penuh dengan prosedur tentang cara menghitung sesuatu dan cara memahami perhitungan tersebut secara konseptual. Baik dengan pemahaman konseptual, pemahaman menyeluruh tentang mengapa prosedur tersebut bekerja, atau kefasihan prosedural , mengetahui kapan harus menggunakan aturan yang mana, standar-standar tersebut berfokus pada aturan-aturan abstrak dan kemudian beberapa penerapannya.


Matematika sekolah biasanya masih didefinisikan sebagai serangkaian topik terpisah yang diajarkan dalam perkembangan linier yang pada akhirnya mengarah ke trigonometri ataupun kalkulus. Ini adalah satu-satunya versi matematika yang diketahui kebanyakan orang, dan dengan demikian, kalkulus dipandang sebagai puncak pemahaman matematika. 

(Yeh, Tan, & Reinholz, 2021, para Siswa (dalam hal ini calon guru sekolah dasar) sering menggambarkan jenis matematika ini sebagai: membosankan, menakutkan, mencemaskan, tentang menemukan jawaban yang tepat, bahasa yang sama sekali berbeda yang tidak dapat saya pahami, saya pikir saya tidak benar-benar membutuhkannya dalam kehidupan sehari-hari, dan mata pelajaran yang paling netral secara politik yang diajarkan di sekolah (Thanheiser & Koestler, 2021).

 Tujuan yang dipersepsikan dari ‘matematika sekolah’sering kali adalah untuk membuka akses ke topik berikutnya (di kelas matematika), kelas matematika berikutnya, jenjang sekolah berikutnya, dst. Mahir dalam matematika berkenaan dengan definisi matematika ini berarti cepat dan akurat dalam berhitung (Leyva, 2022), seperti menghafal tabel perkalian.


Eva Thanheiser. 2023. What is the Mathematics in Mathematics Education?. Journal of Mathematical Behavior



15 Komentar

  1. Nama:Elisnawatie
    Kelas:VD
    NPM:2386206069

    Izin bertanya pak

    Dizaman sekarang banyak siswa menggambarkan matematika sebagai sesuatu yang membosankan, menakutkan, penuh kecemasan, serta jauh dari kehidupan sehari-hari. Apa penyebab utama munculnya persepsi negatif ini, dan strategi apa yang bisa dilakukan guru agar matematika lebih dipandang sebagai ilmu yang bermakna, menyenangkan, serta relevan dengan kehidupan nyata siswa pak?🙏🏻

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hallo ka Elis saya izin menjawab pertanyaanya ya, menurut saya ada beberapa hal ni kenapa sih peserta didik ini mempunnyai persepsi negatif mulu sama pelajaran matematika ini ,
      1. Pengaruh lingkungan, pengaruh lingkungan yang menjadi kebiasaan menilai pembelajaran matemtika itu susah, menakutkan dll ,akan keterusan sampai penerus generasi kebawah, karena persepsi yang mereka tanamkan kepada generasi kebawah ini berdasarkan pengalaaman dan pemahaman mereka, bukan pengalaman dan pemahaman seseorang yang mempelajari matematika dengan baik.
      2. Pengalaman pembelajaran matematika yang membosankan, ini dapat memunculkan persepsi negatif tadi ya karena mereka mikir pelajaran matematika sudah sulit lalu pembelajaran juga yang diterapkan di kelas oleh pendidik sangat monoton.
      3. Kurangnya media ajar yang nyata untuk menambah pemahaman siswa, hal ini menurut saya dapat membuat siswa itu bingung dalam menentukan bentuk atau objek yang seharusnya dimengerti karena, media ajar tidak nyata al hasil siswa diminta untuk membayangkan suatu objek atau bentuk yang mereka saja tidak tau bentuk atau objek itu bagaimana.
      4. Kurangnya keterkaittan pembelajaran matematika itu dengan kehidupan sehari-hari, hal ini menurut saya juga sangat bisa menjadi persepsi negatif ditimbulkan, karena pasti siswa berikir buat apa saya belajar ini tidak ada guna nya juga dalam kehidupan saya.

      lalu srategi yang dapat guru terapkan uuntuk dipandang sebagai ilmu yang menyenangkan,bermakna, dan relevan berdasarkan persepri negatif siswa yang saya sampaikan diatas ialah
      1. Ubah pemikiran lingkungan yang selalu menganggap matematika itu sulit, padahal lingkungan itu kurang memahaminya , lalu dimulai dari mana? dari DIRI SENDIRI
      2. Catatan penting banget bagi calon pendidik ketika siswa sudah keliahtan bosan pendidik harus punya cara untuk bisa membangkitkan susana agar peserta didik itu semangat lagi dalam menyimak, sesekali juga boleh memberikan pertanyaan pemantik agar mereka tambah semangat memperhatikan supaya bisa menjawab pertanyaan pemantik itu
      3. Pendidik harus mempunyai berbagai macam ide agar menciptakan media ajar visual yang membantu siswa cepat memahami materi, lalu pendidik juga bisa mengaitkan materi pembelajaran dengan kehidupan nyata siswa agar mereka tertarik mendengarkan dan mengamati karena mempunyai fungsi dalam kehidupan.

      semoga bermanfaat...

      Hapus
  2. Nama :Elisnawatie
    Kelas:VD
    NPM:2386206069

    Izin bertanya lagi pak

    Dari materi di atas sudah di jelaskan Jika matematika dipahami sebagai “ilmu pola” yang erat hubungannya dengan budaya, masyarakat, dan kehidupan sehari-hari, bagaimana pengalaman belajar matematika di sekolah dapat diubah agar siswa tidak hanya menghafal prosedur, tetapi juga mampu menemukan keterkaitan antara konsep matematika dengan fenomena di sekitar mereka pak?🙏🏻

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama : Isdiana Susilowati Ibrahim
      Npm : 2386206058
      Kelas : 5B PGSD

      Izin menjawab pak pertanyaan dari elisnawatie, menurut saya pembelajaran matematika di sekolah bisa diubah dengan cara mengaitkan konsep-konsep matematika ke situasi nyata di lingkungan siswa. Contohnya, guru bisa menampilkan contoh pola dan perbandingan dalam kebudayaan lokal, kegiatan pasar, atau tata ruang rumah, sehingga siswa menyadari bahwa matematika tidak hanya ada di buku, tetapi juga hadir dalam kehidupan sehari-hari. Dengan begitu, siswa tidak sekadar menghafal rumus, tetapi memahami bagaimana ide matematika membantu mereka membaca dan menata fenomena di sekitar🙏🏻

      Hapus
  3. Nama : Isdiana Susilowati Ibrahim
    Npm : 2386206058
    Kelas : VB PGSD

    Setelah membaca materi di atas pak, Saya ingin bertanya di dalam materi tersebut ada menuliskan bahwa secarah erat matematika menghubungkann konteks dengan budaya. Yang saya ingin tanyakan pak Bagaimana hubungan antara matematika dan konteks budaya yang dapat mempengaruhi pemahaman pembelajaran matematika di sekolah dasar🙏

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hallo ka Isdiana saya izin menjawab pertanyaanya ya
      Seperti yang kita ketahui konteks budaya itu adalah kegiatan yang dilakukan secara berulang dan dilakukan terus-menerus, dan diajarkan kepada anak secara turun-temurun, nah dengan kebiasaan yang sering dilakukan dan terus berulang pastinya ada kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan matematika, misalnya dalam konteks budaya permainan tradisional, banyak sekali keterkaitannya dengan matematika, contohnya dalam permainan tradisional kelereng, permainan kelereng ini dapat dimainkan dengan cara anak yang satunya bertaruh dengan sesama temannya menggunakan kelereng, otomatis dalam pertaruhan tersebut atau permainan tersebut membutuhkan perhitungan berapa kelereng yang ditaruhkan untuk dimainkan, nah di sini guru dapat mengaitkan atau menghubungkan konteks budayanya dengan cara mengaitkan permainan tradisional kelereng tadi ke dalam pembelajaran matematika di sekolah dasar .
      Misalnya guru membuat cerita Adi dan Edo bermain kelereng mereka mempertaruhkan masing-masing 5 kelereng ,berapa total kelereng taruhan Adi dan Edo dalam permainan kelereng tersebut?
      Ini merupakan salah satu hubungan antara matematika dan konteks budaya yang dapat mempengaruhi pemahaman pembelajaran matematika di kelas, cara ini juga membuat pembelajaran berlangsung hidup karena mengaitkan pengalaman dan budaya siswa.

      Sekian semoga bermanfaat Kak..

      Hapus
  4. Nama : Isdiana Susilowati Ibrahim
    Npm :2386206058
    Kelas : 5B PGSD

    Izin menanggapi pak, menurut saya, materi di atas ini memberikan pemahaman yang lebih luas tentang hakikat matematika sebagai ilmu yang tidak hanya berfokus pada hitungan dan rumus, tetapi juga sebagai cara berpikir yang sistematis dan terstruktur. Saya setuju pak bahwa matematika merupakan aktivitas intelektual yang menuntut kemampuan mengorganisasi ide-ide abstrak, sehingga siswa tidak hanya menghafal prosedur, tetapi juga memahami konsep di baliknya. Pendekatan seperti ini penting agar pembelajaran matematika di sekolah menjadi lebih bermakna dan kontekstual dengan kehidupan sehari-hari🙏🏻

    BalasHapus
  5. Matematika memang dapat dikaitkan dengan lingkungan apa saja baik dengan lingkungan sekitar ,lingkungan budaya, dan lingkungan masyarakat.
    Dalam kehidupan baik itu di lingkungan budaya, kita pasti membutuhkan yang namanya perhitungan atau konsep-konsep tentang bagaimana sesuatu kegiatan yang dilangsungkan dalam budaya itu dapat terus dijalankan dan dapat berjalan sesuai dengan skema yang telah kita atur.

    Misalnya saya ambil contoh budaya yang ada di Kalimantan :
    Nah dari sini kita bisa mengaitkan matematika dengan budaya di Kalimantan, di Kalimantan terkenal dengan suku Dayak yang memiliki rumah adat yang bernama Rumah Lamin. Dalam pembuatan rumah adat Rumah Lamin pastinya membutuhkan hitungan dan pengukuran untuk menjadikan rumah tersebut berdiri secara kokoh di lingkungan budayanya, dari sini kita bisa tahu bahwa matematika itu bisa masuk dan bisa dikaitkan dengan budaya karena, dalam pembangunan rumah ada Rumah Lamin tadi ada konsep matematika yang diterapkan, ini mebuktikan bahwa matematika dapat dikaitkan dengan budaya.

    BalasHapus
  6. Nama:syahrul
    Kelas:5D
    Npm:2386206092

    Sering kita liat kalau matematika tuh hanya sebagai serangkaian aturan abstrak dan prosedur hitungan yang harus dihafal dan diterapkan,kek seolah-olah tujuannya tuh cuma untuk membuka akses ke pelajaran matematika berikutnya yang lebih susah. Tak heran kalau banyak siswa,bahkan calon guru,menganggap matematika ini hal yang membosankan,menakutkan,dan merasa tidak butuh itu di kehidupan sehari-hari.ibaratnya kita dipaksa jalan trus tanpa tahu kita kemana arahnya.Padahal matematika yang sesungguhnya itu lebih dari sekadar hitungan tapi ilmu pola dan aktivitas intelektual yang butuh intuisi dan imajinasi untuk mencapai kesimpulan. Intinya bukan cuma hafal perkalian tapu harus paham konsepnya.intinya tuh matematika adalah tentang mengembangkan cara berpikir agar kita bisa melihat sesuatu itu masuk akal,berguna,dan berharga,sambil punya keyakinan diri dan ketekunan.Ini jauh lebih keren daripada sekadar menghafal rumus.

    BalasHapus
  7. Nama : Oktavia Ramadani
    Npm : 2386206086
    Kelas : 5D

    Materi ini sangat menarik karena banyak sekali siswa merasa matematika itu sangat membosankan,membingungkan dan menakutkan padahal matematika itu bukan hanya sekedar kumpulan rumus , angka dan prosedur saja tetapi juga sebagai hasil dari aktivitas manusia dengan pola pikir untuk sistematika dalam berpikir , matematika sesungguhnya merupakan ilmu yang hidup yang sangat terhubung erat dengan konteks sosial , budaya dan bahkan nilai nilai kemanusiaan , tetapi matematika di sekolah itu masih sering diajarkan sebagai aturan yang kaku , akibat banyak siswa termasuk kita calon guru merasa matematika itu sangat menakutkan dan tidak relevan dalam kehidupan nyata , kondisi ini menunjukkan perlunya transformasi dalam cara mengajarkan matematika dari yang semula , berpusat pada hasil menjadi hanya berpusat pada proses berpikir dan pemahaman konsep .

    Matematika itu bukan hanya alat untuk mengukur kemampuan kognitif, melainkan juga sebagai sarana membentuk cara berpikir secara ilmiah dan karakter belajar yang tahan uji , guru seharusnya tidak hanya mengajarkan apa dan bagaimana dalam matematika tetapi jugaa mengapa dan untuk apa konselor tersebut penting ? Dan bagaimana agar matematika itu benar - benar bermakna untuk peserta didik .

    BalasHapus
  8. Nama : Aprilina Awing
    Kelas : 5D PGSD
    NPM : 2386206113

    Materi ini memberikan pemahaman yang mendalam tentang Oppositional Defiant Disorder (ODD) dan bagaimana hal itu mempengaruhi anak-anak. Menarik untuk melihat bahwa ODD bukan sekadar perilaku nakal, tetapi merupakan gangguan yang lebih kompleks yang bisa berdampak besar pada kehidupan sehari-hari anak dan orang-orang di sekitarnya. Gejala seperti kemarahan yang berlebihan, sikap menantang, dan perilaku kasar menunjukkan bahwa anak-anak dengan ODD membutuhkan perhatian khusus dan pendekatan yang tepat dari orang tua dan guru.
    Penting juga untuk diperhatikan bahwa penyebab ODD bersifat multifaktorial, melibatkan aspek genetik, lingkungan, dan neurobiologis. Ini mengingatkan kita bahwa perilaku anak tidak selalu hanya hasil dari pola asuh, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang lebih dalam.

    BalasHapus
  9. Nama : Aprilina Awing
    Kelas : 5D PGSD
    NPM : 2386206113

    Ijin Pak Saya ingin bertanya, bagaimana cara orang tua dan guru bisa lebih efektif dalam mengenali tanda-tanda awal ODD sebelum menjadi masalah yang lebih serius? Apakah ada strategi khusus yang bisa diterapkan untuk mengatasi perilaku menantang di rumah atau di sekolah? Selain itu, bagaimana cara memastikan bahwa terapi dan program pelatihan untuk orang tua dapat diakses oleh semua keluarga, terutama yang berada di komunitas dengan sumber daya terbatas?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nama : Isdiana Susilowati Ibrahim
      Npm : 2386206058
      Kelas : 5B PGSD

      Halo aprilina awing aku izin menjawab yah.
      Menurut aku, orang tua dan guru bisa lebih efektif mengenali tanda-tanda awal ODD kalau memakai cara berpikir yang teratur seperti dalam matematika. Matematika itu bukan cuma sekedar hitung-hitungan, tapi juga tentang pola dan cara berpikir logis. Jadi, dalam menghadapi anak dengan gejala ODD, penting buat melihat pola perilakunya, bukan hanya reaksinya sesaat. Guru dan orang tua perlu kerja sama, saling komunikasi, dan peka sama perubahan sikap anak. Bisa juga mulai dari langkah-langkah kecil, contohnya memberi pujian kalau anak menunjukkan sikap positif. Pendekatan yang sabar, konsisten, dan terarah ini bisa bantu mencegah masalah jadi lebih berat. Walaupun kadang fasilitas terbatas, yang penting tetap ada niat dan usaha bersama buat memahami anak secara lebih dalam🙏🏻

      Hapus
  10. Nama: Nanda Vika Sari
    Npm: 2386206053
    Kelas: 5B PGSD

    Setelah saya membaca materi ini, ternyata materi ini memberikan sudut pandang yang sangat amat menarik yaitu tentang bagaimana kita memahami matematika sebagai ilmu dan sebagai praktik pendidikan. Materi ini juga menyoroti/membahas bahwasanya pembelajaran matematika autentik seharusnya menyerupai “magang dalam disiplin matematika” yang artinya siswa diajak untuk berpikir, menalar, menggeneralisasi dan membenarkan ide-ide seperti seorang matematikawan sejati, bukan hanya sekedar mengerjakan latihan tanpa makna.

    BalasHapus
  11. Nama: Nanda Vika Sari
    Npm: 2386206053
    Kelas: 5B PGSD

    Izin menanggapai pak, setelah saya membaca materi ini ternyata materi ini sangat menarik sebab pada materi ini juga mengkeritik pandangan umum masyarakat bahwasanya matematika sekolah hanyalah “aturan abstrak yang harus dihafal”. Pandangan seperti ini yang dapat membuat para siswa seringkali merasa kalau matematika itu adalah hal yang membosankan, menakutkan, dan tidak relevan dengan kahidupan nyata. Itulah tantangan yang besar dalam pendidikan matematika, bagaimana seorang guru mampu mengubah paradigma/cara pandang pembelajaran dari sekedar prosedural menjadi bermakna dan kontekstual.

    BalasHapus
Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak